Saya bertanya pada diri saya sendiri, “apa yang ingin saya lakukan sekarang?” Jawaban yang muncul adalah “melakukan kegiatan rutin dengan santai.” Pasca kembali ke Bandung, pandangan hidup saya mulai bergeser. Tekanan-tekanan yang saya rasakan, mulai tidak lagi terasa mengganggu. Saat trauma muncul kembali, saya menontonnya kembali dengan tenang dan siap. Saya mendapatkan wawasan baru setelahnya. Setelah saya menyelesaikan tugas yang belum selesai dari pekerjaan sebelumnya, juga menentukan bahwa saya tidak akan lagi terlibat sebagai sukarelawan, saya merasa lebih bebas dan tersedia untuk mengalami hidup saya sendiri. Tidak ada lagi tekanan atau hambatan yang menahan saya untuk melakukan apa yang ingin saya lakukan.
![]() |
| Free Photo | Fuji mountain and cherry blossoms in spring, japan. (freepik.com) |
Yang jadi perhatian saya berikutnya, memang saya hidup dengan dukungan. Itu bukanlah sebuah masalah yang serius dan bukanlah sebuah tekanan untuk segera bisa mandiri. Karena ada tahapan perkembangan menuju kemandirian. Saya tidak jadikan itu sebagai target yang perlu saya capai dalam waktu tertentu. Karena itu akan muncul secara alamiah dari dalam diri saya sendiri. Yang bisa saya upayakan untuk diri saya sendiri adalah ruang dan kesempatan untuk tumbuh kembang pribadi.
Saya memulai pekerjaan bebas dengan sebuah lembaga dengan program penjangkauan kesehatan. Pekerjaan ini mudah dan sederhana. Sementara saya mulai kembali membangun motivasi untuk terus menulis. Terutama untuk menulis blog secara rutin. Saya ingin menulis buku saya sendiri. Saya bisa mulai dengan mengumpulkan tulisan-tulisan di postingan blog kemudian mengolah tulisan tersebut ke media lain.
Saya memulai kembali saluran siniar Kalaupadi karena ada kesalahan dalam monetisasi. Saya baru paham bahwa monetisasi di Anchor untuk Indonesia itu belum aktif. Saya tidak dapat menumpu sumber penghasilan saya dari situ. Namun itu adalah saluran bagus untuk membangun citra diri saya di dunia digital.
Mengenai tujuan untuk karier, ini memang jadi pertanyaan bagi diri saya sendiri. Saya tidak dapat bekerja di dalam perusahaan atau organisasi. Karena orang cenderung frustrasi karena tidak mengerti bagaimana aku bisa bekerja dan berfungsi. Saya memang masih aktif membantu dan mendukung organisasi sosial dengan batasan dan keterlibatan yang terbatas. Itu supaya aku tidak menyerap kegundahan orang lain yang belum selesai. Saya menyadari kerentanan pribadi saya sendiri, dan menentukan batasan yang tepat soal itu.
Saya pun masih mengupayakan bagaimana saya bisa mendapatkan penghasilan dari menulis. Saya memang terus berlatih menulis. Saya berpikir juga bahwa baik juga untuk mengaktifkan platform Karya Karsa dan menjual karya-karya tulisan saya di situ. Baik itu dongeng, refleksi, atau karya seni lainnya.
Di saat saya menulis postingan ini, saya mendengarkan siniar dari Google Podcast berikut روانشناسی شخصیت و خوشبختی - 📚Ikigai: The Japanese Formula For Happiness (google.com) . Ikigai berarti alasan keberadaan. Pada dasarnya dikatakan bahwa Anda perlu menemukan alasan untuk berada di bumi ini, jadi Anda membutuhkan tujuan.
Saya menyadari bahwa saya adalah orang yang sensitif soal pengalaman psikologis dan psikologi kedalaman. Saya ingin hidup bebas dan menikmati hidup. Bisa tersedia mendukung dan membantu tanpa terikat dengan organisasi atau sekelompok orang. Saya lebih senang pekerjaan introvert yang tidak memerlukan saya untuk berinteraksi dengan orang lain. Tampaknya menulis memang tepat karena saya bisa mengingat kembali pengalaman saya dan menuliskannya. Saya teringat MAW Brouwer dan cara beliau menulis. Saya merasa cocok dengan karya beliau untuk saya jadikan model dalam menulis untuk sekarang. Saya masih ingat karya beliau “Psikologi Fenomenologis”. Saya akan membaca lagi buku karya beliau.
Yang awalnya saya berusaha keras dengan tujuan dan pekerjaan yang besar dan langsung berkontribusi kepada masyarakat melalui kegiatan sosial, saya sadar bahwa itu bukanlah jalan yang sepenuhnya sesuai dengan kondisi diri saya saat ini. Yang saya rasa tepat bagi diri saya sendiri adalah menjadi model nyata. Saya menerapkan apa yang saya rasa benar dalam kehidupan sehari-hari. Saya terlibat dalam masyarakat hanya di saat saya siap dan tersedia. Jadi saya tidak perlu senantiasa mempersiapkan diri saya untuk terlibat dalam pergerakan secara langsung. Saya bisa terlibat secara penuh dengan hidup dan menulis.
Saya berpikir bahwa pergumulan tentang Ikigai menjadi lebih sederhana bagi diri saya sendiri. Saya sebelumnya merasa cemas karena ingin segera dapat hasil cuan yang nyata. Tetapi kenyataan tidak semudah yang saya harapkan. Saya menerima kenyataan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, saya bisa melakukan hal-hal kecil secara rutin.



Posting Komentar