Kutipan membaca buku Sufisme Sunda (Salahudin, 2017) yang saya pinjam dari Disarpus Kota Bandung.
Ngindung ka waktu mibapa ka jaman adalah penanda tapa di mandala nu miang dari pengalaman hidup yang ditancapkan pada kesadaran akan waktu dan Sang waktu.
Kesadaran waktu akan mampu menjawab secara ontologis siapa manusia sebenarnya. Kesadaran terhadap kamari, kiwari, dan supagi akan memberikan rute ke mana kita harus melangkah agar sampai ke tujuan.
Rute yang diterakannya sangat terang: rekonstruksi (masa lalu), konstruksi (sekarang), dan proyeksi (masa depan) sebagai rawayan untuk mencapai hakikat hidup semakna dengan tarekat, tao, dan din.
Translation:
Ngindung ka waktu mibapa ka jaman is a marker of tapa di mandala nu miang of life experience embedded in an awareness of time and the time.
Time awareness will be able to answer ontologically who humans really are. Awareness of Kamari (yesterday), Kiwari (now), and Supagi (then) will provide a route for us to go in order to reach our destination.
The route we follow is very clear: reconstruction (past), construction (present), and projection (future) as a way to reach the essence of life according to the order, tao, and din.
Referensi
Salahudin, A. (2017). Sufisme Sunda. Penerbit Nuansa.


Posting Komentar