tiqUNlKhA9rYA6EcjzIC9JgyYepNTgUokUaq6D7G
Terjemahan

Selamat datang usia 27 tahun!

Selamat datang usia 27 tahun!

Saya ucapkan kepada diri sendiri, “selamat ulang tahun! Terima kasih telah bertahan hidup hingga hari ini. Kamu sudah melakukan hal yang luar biasa di usia 26 tahun sebelumnya.” Menghela nafas panjang. Waktu kali ini terasa melambat untuk saya membagikan refleksi hidup saya. Saya ingat ulang tahun ke-26 lalu terjadi dengan meriah dan kue ulang tahun. Saya bergembira karena dulu saya sedang bekerja dan mendapatkan penghasilan kerja dan dukungan yang cukup. Kemudian perjalanan hidup berlalu seperti rollercoaster yang berputar dan meluncur ke bawah. Saya tiba di titik bawah dalam hidup.

Dengarkan lagu ini sambil membaca postingan ini.

Tentang Arahan dan Tujuan Hidup

Orang-orang muda, punya kekuatan dan termotivasi oleh tujuan hidup yang jelas dan nyata. Perjalanan awal terasa jelas dan kuat dikerjakan secara rutin dan konsisten. Saya merasa bahwa pekerjaan yang saya lakukan adalah tujuan saya dan ingin mengerjakannya untuk beberapa waktu ke depan bahkan semasa hidup. Pekerjaan di bidang perdamaian dan resolusi konflik adalah menarik. Itu bertahan selama delapan bulan, hingga akhirnya saya membanting setir dan memperhatikan ke dalam diri saya sendiri.

Mempelajari dan mengembangkan praktik terkait trauma adalah hal yang menarik. Penggalian makna dan refleksi telah membawa saya pada pemahaman tentang dinamika trauma dalam kehidupan. Saya berpikir kaku bahwa saya akan jadi ahli di bidang trauma. Namun, minat saya habis terbakar setelah saya mendapatkan apa yang saya butuhkan. Kebutuhan adalah sebuah misteri yang coba saya pecahkan dalam hidup saya. Pesan yang saya terima sebagai tujuan “mempelajari trauma” tidak mengarahkan saya menjadi “ahli trauma” melainkan sebuah pertanyaan “mau dibawa ke mana setelah saya mendapatkan pengetahuan itu?”

Mau dibawa ke mana wawasan dalam hidup saya?

Saya pernah menulis dalam postingan di subbab Kearifan dan ruang eksistensi sebagai berikut: “Sesederhananya menajamkan kearifan artinya memvisualisasikan ruang eksistensi secara utuh.” (Dinamika Hidup dengan Kearifan: Bagaimana Mengenali dan Memaknai Perubahan – Kalaupadi).

Wawasan yang saya peroleh membawa saya pada posisi sentral di ruang eksistensi. Ternyata, tujuan saya adalah belajar dari hidup untuk menyelesaikan krisis pribadi dan isu umum yang terjangkau. Tubuh saya merinding saat menulis paragraf ini. Saya sebelumnya melakukan penjelajahan dan berusaha untuk menyelesaikan kesulitan pribadi yang awalnya gak disadari. Saya berada di perhatian yang keliru bahwa saya akan menjadis seorang ahli dan akan bekerja di bidang yang saya pelajari itu. Ada waktu akhir untuk belajar satu topik, karena itu berkaitan dengan perkembangan diri.

Saya kesulitan mengartikulasikan kebutuhan saya sendiri. Butuh waktu bagi saya untuk menemukan kata-kata yang tepat. Menulis postingan ini merupakan proses komunikasi saya pada teman pembaca dan juga diri saya sendiri. Saya perlu memecahkan gambaran visual yang saya rasakan sebagai tujuan. Keterbatasan bahasa membuat saya perlu mengevaluasi ekspresi saya.

Di balik kesulitan itu, saya tetap merangkul proses yang saya lalui. Karena ini merupakan bagian dari perkembangan yang saya lalui. Mungkin rasanya terlambat untuk memperoleh keterampilan untuk menerjemahkan bahasa pribadi. Ini adalah proses yang bermakna.

Batasan dan Keamanan

Berhubungan dengan perkembangan diri saya. Tampaknya saya menarik orang-orang yang beresiko dan kurang aman dalam kehidupan saya. Itu dikarenakan batasan yang kurang jelas atau saya lewati karena kekeliruan dalam membaca dan menanggapi kebutuhan pribadi. Saya bersyukur bahwa saya memiliki sistem dukungan untuk diri saya sendiri. Di masa-masa sulit, ada orang-orang yang bisa saya jangkau untuk pertolongan dan konsultasi. Ini pun menjadi isu di pekerjaan saya sebelumnya di tahun lalu.

Berkembang sebagai orang autisme dan ADHD yang tidak ditangani sejak kecil membawakan kesulitan yang perlu diperhatikan. Sumber daya pengetahuan tentang wawasan tidak tersedia dalam budaya sekitar saya. Pengasuhan pun selalu melewati batasan pribadi sehingga saya kesulitan untuk memahami dan menerapkan konsep batasan yang ajeg. Kecerdasan emosional mencakup keterampilan untuk menciptakan dan menerapkan batasan dalam interaksi dengan diri dan orang lain.

Saya beberapa kali menyesali dalam hidup, saya akui diri saya masih belajar dan berkembang, saat saya melewati batasan dan keamanan pribadi. Sehingga perasaan-perasaan tidak nyaman muncul memperingatkan saya. Ini menjadi efektif dalam belajar di saat saya bisa merasakan dan menghayati alarm-alarm emosional dari dalam diri saya. Pengaktifan kesadaran emosional untuk membangun batasan ternyata penting. Ini menjadi perhatian saya dalam perkembangan.

Sumber makna hidup saya

“Aku ada, maka aku ada.” Itu lah ingatan yang muncul saat membahas sumber makna hidup. Ini menjadi penting bagi saya, karena saya merasa dibohongi oleh diri karena salah menafsirkan tujuan hidup yang “akan jadi ahli trauma”. Saya terpaku pada kekakuan bahwa untuk menciptakan sebuah karya dalam hidup, untuk saya tinggalkan dalam peradaban manusia dalam kronologi waktu saya hidup, adalah dengan menciptakan proyek penelitian. Saya merasa kurang kompeten untuk melakukan itu, ditambah tidak ada wadah bagi saya untuk melakukan dan mengembangkan keterampilan meneliti.

Saya memikirkan alternatif lain. Wawasan baru muncul saat mengingat almarhum teman saya yang meninggalkan saya pada bulan ini. Ia sudah menghabiskan seumur hidupnya untuk memahami bahwa diagnosis yang tepat untuk dirinya adalah ADHD, setelah 6 tahun mendapatkan diagnosis dan penanganan yang kurang tepat. Ia memberikan buah pengetahuan dari pergumulan dia kepada saya, sehingga saya bisa memeriksakan diri dan mendapatkan diagnosis yang tepat untuk diri saya.

Ternyata, saya tidak perlu untuk melakukan penelitian untuk bisa mencapai makna hidup saya. Saya bisa mulai menulis buku tentang wawasan dalam hidup saya. Meskipun saya gak bisa pastikan apakah saya bisa jadi model yang bagus, ada hal-hal baik yang ingin saya bagikan. Ini adalah langkah sederhana yang bisa saya upayakan. Saya akan mulai menulis buku di usia 27 tahun. Pembaca akan terinformasi tentang kemajuan karya tulis saya.

Apresiasi diri

Saya bersyukur bisa menemukan arahan untuk berhenti bekerja untuk kembali menyelesaikan berbagai krisis pribadi. Saya menemukan pekerjaan lepas sebagai peluang untuk mengeksplorasi apa yang saya senangi. Memenangkan pengiklanan untuk blog ini, merupakan suatu prestasi yang bisa dicapai karena dukungan teman-teman pembaca blog Kalaupadi.

Pemeriksaan autisme dan ADHD telah saya peroleh setelah 20 tahun tertunda akibat stigma dan diskriminasi, serta kondisi ekonomi. Saya kini mengupayakan terapi suportif untuk mendukung penghidupan saya sehari-hari. Semoga saya bisa mengakses layanan terapi terdekat yang ramah untuk orang dewasa autisme dan ADHD.

Hal baik berikutnya adalah membangun usaha sosial untuk pemberdayaan masyarakat. Ini merupakan ujicoba yang ketujuh bagi saya mengelola komunitas baru. Saya berharap, saya bisa belajar dan berkembang lebih baik melalui platform ini. Namanya adalah Balad Kawit Seja (BaKaJa), sahabat memulai upaya, untuk kampung adat Pasir di Kabupaten Garut.

Doa di usia 27 tahun


Memulai perjalanan di titik rendah. Menjalani hidup dengan mawas diri dan welas asih. Berupaya dan harap paling baik. Saya ingin tahu kemana arahan setelah belajar dari hidup untuk menyelesaikan krisis pribadi dan isu umum yang terjangkau. Gambaran yang muncul sekedar kegiatan menulis buku tentang wawasan dari hidup saya sembari terus membangun identitas melalui kebiasaan.

Semoga saya dan teman-teman senantiasa diberkati keberlimpahan dan kebermaknaan dalam hidup.

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkomentar
Populer