Dalam realita yang kuhidupi sekarang, ternyata, berpasangan punya biayanya sendiri. Di kondisi aku sekarang yang belajar untuk memenuhi kebutuhan sendiri, aku paham bahwa aku bisa memenuhi kebutuhan ku sendiri serta beberapa dengan bantuan teman, bukan pasangan. Ketika aku memutuskan punya pasangan, aku perlu memperhitungkan juga berapa biaya kencan yang perlu dikeluarkan setiap bulannya. Juga berapa kali ongkos makan dan waktu menginap yang akan dihabiskan. Sungguh pemborosan, untuk kondisi ekonomi saat ini yang belum tercukupi secara ekonomi.
Kemudian menyadari bahwa keyakinan keluarga ku, mereka memahami bahwa keluarga ini terputus dengan lingkungan sosial. Dalam rangka penyelamatan diri dan keluarga, hanya itu yang dipedulikan. Sementara orang lain berada di luar kesadaran, atau disebut juga sebagai the other, si lian yang tak dikenali, yang sengaja begitu. Aku mulai memahami trauma lintas generasi yang melatarbelakangi adanya keyakinan ini.
Kemudian setelah menyaksikan kedua pemahaman baru tadi, aku meluangkan waktu untuk menulis di malam hari. Sekiranya memang ada hal lain lagi yang perlu dibereskan. Sekiranya tidak ada.
Aku telah ditunjukan pada realita saat ini. Kemudian aku diberikan tuntunan serta tuntutan dari diriku sendiri tentang bagaimana aku menanggapi dan menghadapinya. Aku menulis ini sambil mendengarkan lagu Spotless Mind dari Jhene Aiko.
Change is inevitable
Perubahan tidak bisa dihindari
Why hold on to what you have to let go of?
Mengapa mempertahankan apa yang harus kamu lepaskan?
Like, did I really break your heart?
Seperti, apakah aku benar-benar menghancurkan hatimu?
Was it all my fault?
Apakah itu semua salahku?
If you don't knock it off
Jika kamu tidak menjatuhkannya
You know like I know where this was headed
Kamu tahu seperti aku tahu ke mana arah ini
x
Selama mendengarkan musik itu, aku berpikir. Aku memutuskan untuk meninggalkan pasanganku sendiri atas landasan yang jelas. Yang ku butuhkan untuk saat ini adalah diriku sendiri untuk membangun duniaku sendiri. Diawali dengan membangun ekonomi sendiri, kemudian menginvestasikan ekonomi untuk kebutuhan pribadi yang utama, kemudian mengaktualisasikan diri.
Proses panjang yang telah aku lalui ini membawa aku pada kearifan ini. Aku berharap langkah yang dilakukan adalah bermakna. Sehingga ini menguatkan spiritualitas dalam diriku. Untuk diriku yang sedang hidup di kronologi waktu ini.
Terima kasih sudah membaca tulisan Kalaupadi. Dukung Kalaupadi dengan berdonasi minimal 10ribu per bulan dan dapatkan akses baca duluan di karyakarsa.com/kalaupadi. Semua konten yang Kalaupadi buat akan tayang lebih dulu di karyakarsa.com/kalaupadi.


Posting Komentar