10 Oktober adalah Hari Kesehatan Mental
Sedunia. Tema tahun ini adalah “Jadikan kesehatan mental untuk semua sebagai
prioritas global”
Ini adalah saatnya untuk mengapresiasi
perjalanan pribadi dan kolektif tentang kesehatan mental yang sudah dilalui.
Saya di peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun 2018 (dokumentasi pribadi)
Perjalanan pribadi
Dengan penghayatan diri soal rentan trauma
serta penyembuhan yang berjalan secara organik selama saya tinggal di Pati
selama delapan bulan lamanya, saya menemukan bahwa ternyata proses pemulihan
terjadi secara alamiah. Ketika diri berada di tempat yang aman, pikiran dan
tubuh secara otomatis membereskan dan menyembuhkan dirinya sendiri.
Di pengalaman saya, penyembuhan terjadi ketika
kenangan yang muncul ke permukaan atau permasalahan mencuat. Awal-awal tahun
ini dipenuhi pemicu trauma dan tindakan untuk terlibat dalam kenangan secara
langsung. Ketidaknyamanan dan keamanan hadir. Keberanian dan upaya muncul. Saya
terhubung kembali dengan orang-orang yang sebelumnya berkonflik dengan saya.
Setelah diri saya digempur dengan trauma yang
diputar berulang kali, trauma baru muncul lagi. Kesempatan untuk berhenti dan
mundur beberapa langkah terlihat. Saya melakukan itu untuk benar-benar memahami
apa yang sudah terjadi. Kerentanan yang semula menjadi penghambat dalam
interaksi dan bekerja, kini mulai dipahami sebagai kewaspadaan atas bahaya...
atas sesuatu yang diabaikan sejak lama.
Saya sadar bahwa perlu untuk benar-benar
mendengarkan diri sendiri. Melihat diri sendiri apa adanya. Kemudian mulai
menemukan bahwa kondisi disabilitas yang saya miliki menjadi salah satu faktor
yang memunculkan kerentanan tersebut.
Saya melakukan Napak tilas untuk menyaksikan
kembali peristiwa masa lalu terkait kondisi disabilitas saya. Ternyata orang
bermain dengan kondisi tantrum saya. Tampaknya memicu saya untuk tantrum
menjadi hiburan untuk anak-anak yang tidak paham. Pada saya kecil, saya
bersyukur dipertemukan oleh seorang guru yang mengafirmasi kekuatan dan
kebaikan dalam diri saya dan mendorong saya untuk berprestasi.
Setelah mengakui dan menerima kondisi
disabilitas saya. Saya membangun resiliensi dan mendefinisikan kembali makna kerentanan.
Kemudian membangun kembali rutinitas berdasarkan kebutuhan dan kondisi pribadi.
Baru-baru ini, saya menemukan bahwa saya belum
mengampuni peristiwa trauma yang terjadi di masa lalu. Dan selama pekan ini, saya
mengerjakan pengampunan terhadap beberapa orang dalam hidup saya. Ada pula yang
saya temui langsung untuk menyampaikan pesan pengampunan. Saya akan menulis
lebih banyak tentang proses pengampunan di postingan berikutnya.
Saya merasa diberkati setelah menghayati proses
pemulihan pribadi di tahun ini. Jika diingat kembali di saat saya pertama kali
mengikuti kegiatan Hari Kesehatan Mental Sedunia pada 2016 lalu, saya ingat
betapa sulitnya hidup saya bergelut dengan gejala-gejala psikosis. Nalar saya
pada waktu itu kacau tetapi masih bisa produktif mengikuti perkuliahan di kampus.
Perjalanan tahun ini berharga
Perjalanan kolektif
Di tahun ini, saya memberanikan diri untuk
terlibat kembali di komunitas kesehatan jiwa. Saat di Pati, saya bersama
teman-teman membangun Perkumpulan Bestari Keswa Pati. Setelah terbentuk, kami
memberanikan diri untuk melakukan advokasi ke DPRD Kabupaten Pati. Berhubung
waktu itu, Raperda disabilitas sedang dibahas maka kami mengajukan advokasi.
Kami mendapatkan dukungan untuk meresmikan
perkumpulan kami dan Perkumpulan Bestari Keswa Pati diresmikan pada Juni 2022.
Ini adalah perwujudan mimpi teman-teman di Pati. Kami bersama-sama membangun
layanan kesehatan jiwa yang lebih baik di Kabupaten Pati.
Dikarenakan kondisi saya sekarang tinggal di
Bandung, saya mendukung Bestari dari jarak jauh. Selain Bestari, saya tergabung
dalam Community of Practice Kesehatan Jiwa di Indonesia.
Landasan pemikiran untuk gerakan kolektif
kesehatan mental terkait dengan pemahaman saya baru-baru ini bahwa Mental
Health Problems Are Not Only Personal, It’s Our Concern Too – Friends Peace
Teams, Kesehatan jiwa tidak hanya masalah pribadi, tetapi itu adalah
perhatian kita juga
Saya bersyukur karena banyak kemajuan yang saya
alami sepanjang tahun ini. Ini baik untuk saya rayakan di Hari Kesehatan Mental
Sedunia tahun ini. Dulu saya selalu berusaha untuk bisa datang langsung ke
acara. Namun untuk tahun ini, saatnya saya merayakan dan mengapresiasi diri
sendiri atas perjalanan yang sudah dilalui di tahun ini.
Referensi
Katresna, R. (2022). Mental Health Problems Are Not Only Personal, It’s Our Concern Too – Friends Peace Teams. https://friendspeaceteams.org/mental-health-problems-are-our-concern-too/
World Mental Health Day | United Nations. (n.d.). Retrieved October 10, 2022, from https://www.un.org/en/healthy-workforce/world-mental-health-day


Posting Komentar