Sabtu (8 September 2022) pukul 10.00 - 11.30 WIB, saya mengikuti kegiatan “Little People Big Dreams” bersama Tab Space. Kegiatan itu adalah bagian dari Pameran Hidup itu Ilustrasi itu Hidup oleh Kokken+ dan Pustakalana di Galeri Ruang Dini Bandung.
Saya berangkat dari rumah naik ojek daring dan tiba tepat pukul 10 di lokasi. Saya lihat banyak anak-anak hadir didampingi oleh orang tuanya. Peserta yang hadir dipersilakan mengisi daftar hadir. Saya hadir mewakili Tim Kala Cumarita Metrum Radio. Saya ambil kesempatan untuk menikmati karya-karya pameran.
| Selfie di depan pameran (dokumentasi pribadi) |
Karya yang saya lihat memberikan kesegaran pada pikiran saya. Saya merenungkan tentang bagaimana orang-orang dewasa yang punya keterampilan menggambar ini berkontribusi dalam pendidikan kita. Bahwa pesan pendidikan akan tersampaikan baik lewat gambar.
Saya ingat perasaan ketika saya takjub melihat
gambar-gambar dalam buku cerita “Lumba-lumba Kecil” karya Collen Payne. Itu adalah
buku yang sangat berkesan bagi saya. Saya meminjam buku tersebut dari Taman
Kanak-kanak tempat saya belajar. Saya selesai membaca semua seri cerita
tersebut di usia saya yang masih 5 tahun. Cerita dalam buku tersebut juga
membentuk diri saya yang sekarang.
Membaca nyaring
| memulai kegiatan (dokumentasi pribadi) |
Pembukaan kegiatan dibuka oleh Kak Odin sebagai fasilitator. Kita memulai dengan menyebut nama dan warna kesukaan. Persiapan pun dilakukan seperti bertanya apa yang didengar, apa yang dilihat saat itu, mendukung anak-anak berpijak. Saat semua sudah siap, “angkat tangan!”, “tangan ke depan!”, lalu tepuk tangan keras, pelan, dan cepat; kemudian tangan di atas paha.
Kami masih belum mulai ya. Kak Odin bertanya pada teman-teman, “apa teman-teman sudah lihat pameran?” Yang ditanyakan berikutnya adalah “apa lihat beruang?” “apa warna yang dilihat?” “apa lihat buaya?” dan “apa lihat orang?”
Pertanyaan terakhir yang diberikan kak Odin adalah “apa teman-teman tahu siapa yang membuat itu?” Jawabannya adalah seniman. Kak Odin bertanya pada teman-teman, “apa kamu pernah bertemu seniman?”
Di kegiatan ini, kami membaca cerita tentang seniman perempuan dari Meksiko yang bernama Frida Kahlo. “... ini dibacanya tanpa huruf H, jadi Frida Kalo,” kata kak Odin. Kemudian ceritanya dimulai.
Di awal cerita ditunjukkan bahwa Frida punya kondisi kaki yang lemah sehingga ia memasang alat bantu untuk berjalan.
Ada bagian dalam cerita bahwa Frida Kahlo “dress differently, teman-teman.” Dan teman-teman merespons “gak apa-apa, aku suka”. Bagian ini memperkenalkan pada teman-teman mengenai kebebasan ekspresi gender.
Ada satu bagian di saat Frida dirawat setelah
kecelakaan dan ia hanya bisa berbaring. Ia menggambar kaki dan kemudian
menggambar dirinya sendiri.
Lalu ada bagian ketika kita lihat Frida
berjalan dibantu dengan tongkat.
Dan ada bagian di saat Frida menikah dengan
seorang laki-laki. “Apa yang teman-teman lihat?” Teman-teman melihat kue,
hiasan kue... “ada apa lagi?”
Lalu semboyan “viva la vida” muncul, yang artinya
panjang umur. Karya itu menunjukkan nilai Frida bahwa dia tetap kuat dan terus
berkarya meskipun sedang sakit.
Dari cerita tersebut, saya belajar bahwa apa
pun kesulitan hidup dan kondisi disabilitas yang dialami tidak akan membuat
seseorang berhenti untuk berkarya. Saya jadi melihat diri saya sendiri, di saat
tidak tempat kerja yang bisa menerima saya, ternyata saya masih bisa berkarya
dan mendapatkan penghasilan lewat menulis di blog ini. Selain menulis, saya pun
bisa merencanakan dan mengelola kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Menggambar bersama
Saya semakin takjub saat melanjutkan kegiatan
berikutnya, yaitu decorating worksheet with artworks yang dipandu oleh kak
Iman dan kak Riska dari Tab Space.
Tab Space adalah usaha sosial yang memproduksi
karya oleh seniman dengan disabilitas. Mereka mengakomodasi dan mengapresiasi
bakat dan usaha seniman-seniman tersebut untuk membuktikan bahwa dengan sistem
dukungan yang tepat, seniman dengan disabilitas bisa menjadi praktisi
profesional.
Kak Iman dan kak Riska memperkenalkan Tab
Space dan menunjukkan karya-karya teman-teman dengan disabilitas intelektual.
Saya takjub karena ternyata ada yang mewadahi teman-teman neurodivergent
untuk dapat mengaktualisasikan dirinya dalam bidang seni.
Seniman yang disorot dalam perkenalan adalah
Adryan Adinugraha. Adryan adalah seorang seniman dengan ADD (Attention
Deficiency Disorder) dan BIF (Borderline Intellectual Functioning).
Adryan menyukai sepak bola dan juga berjalan-jalan dengan sepeda motornya.
Sebagai orang yang berbakat di doodle, garis struktur Adryan yang kuat
telah menghidupi setiap objek yang dia gambar.
| Profil Adryan Adinugraha (dokumentasi pribadi) |
Kita kemudian lanjut kegiatan seni dengan karya
ciptaan Adryan. Kami diberikan spidol berbagai macam ukuran, lem, gunting,
kertas lipat, tato, dan pita gemerlap.
Saya merasa hanyut dalam proses berkarya dan
ini adalah hasil karya saya. Dan inilah hasilnya...
Saya gembira bahwa ini menjadi kegiatan penyegaran di akhir pekan yang menyenangkan. Saya senang bisa mengikuti kegiatan dalam pameran Hidup itu Ilustrasi itu Hidup yang diselenggarakan oleh Kokken+ dan Pustakalana.


Hidup saya sekarang sedang baik-baik saja... Dengan membaca tulisan ini jadi semakin baik
BalasHapusTerima kasih sudah berbagi
BalasHapus