tiqUNlKhA9rYA6EcjzIC9JgyYepNTgUokUaq6D7G
Terjemahan

#Nasib26

Tulisan ini saya buat pada 2014 lalu. Ini merupakan tulisan awal yang jadi bahan cerita Fragmen13. 

 ...

"Ara!! Apa yang kau lakukan?!" Teriak Suba melihat ruangan yang telah acak-acakan oleh jasad-jasad yang telah menggunung itu.

Ara diam, tak bersuara. Tangannya masih memegang pedang samurai peninggalan almarhum kakeknya. Masih menoleh terhadap calon korbannya. Ini masih di sekolah, hal bodoh terus terjadi dan terulang selama kisah ini berlanjut. Kareka yang terluka hanya menahan rasa sakit, terlihat memikirkan sesuatu yang lebih perih dari sakit yang ia rasakan. Tak terdengar rintihan. Suba kaku tercengang.

"Diam!! Tinggal kalian berdua! Aku dapat memanggil oni yang akan menolongku melepaskan dendamku! Biarkan aku bermain dengan kalian! Hahahahaha!!!" Ara tertawa tak tahankan diri.

Sesuatu sepertinya semakin merasuki Ara. Mungkin, Ara sendirilah oni yang ia telah sebut-sebutkan. Pembunuhan ini takkan selesai hingga Ara puas dengan semua ini. Dimulai dari Chaka hingga dua teman sekelasnya sendiri yang ia incar. Sepertinya cukup untuk membalas dendam tak karuan ini.

"Jadi ini maumu? Ayo tebas aku! Mau tunggu apalagi, Hah??! Lepaskan aku, aku sudah tidak bisa apa-apa lagi!!" Kareka semakin tak sadarkan diri atas posisinya sekarang.

Ia duduk, melawan nasib. Duduk di lantai yang telah bertuliskan sakral di atasnya, pasrah. Tak tanggung lagi, Ara yang sudah semakin menggila siap menebas Kareka. Suba masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ara beranjak untuk menebas dan...

"Dug!" Suba membenturkan diri ke Ara. Ara melawan tetapi Suba menahan tangan kanannya yang kuat memegang pedangnya. Berusaha agar pedangnya tidak menyentuhnya. Inilah, pengorbanan terakhir Suba untuk temannya. Suba merogoh saku Ara dan melemparkan kunci kelas kepada Kareka.

"Lari!! Kaulah yang bisa menghentikan ini semua! Ambil! Cepet! Ambil! Pergi!" Suba berteriak berulang-ulang, menahan Ara yang terus berontak.

Diambilnya kunci kelas itu dan dengan kakinya yang pincang, Kareka berlari menuju pintu kelas. Membukanya. Ke arah ruang guru. Ara tetap berteriak dan berontak. Suba menahan Ara dengan sekuat tenaga. Hingga Kareka sepertinya telah menjauh. Suba yang semakin tak kuat dengan dorongan Ara yang kuat akhirnya kepalanya terbentur dan tak sadarkan diri. Ara berdiri, lalu menjambak Suba dan menyeretnya di tempat Kareka tadi.

"Kau selanjutnya!" Sahut Ara dengan putus asa.

Suba masih tak sadarkan diri. Ara lalu menusukkan pedangnya ke tubuh Suba. Suba mati seketika. Diambil lagi lah pedangnya. Lalu Ara mengejar Kareka ke ruang guru. Berlari layaknya mengejar mangsa yang sangat lezat.

Sementara itu, Kareka menemukan sebuah segel di ruang guru. Sebuah simbol bergambarkan sakramen yang harus di serahkan di gambarkan dalam dinding ruang tersebut. Dan di lantai tersebut ada segel terakhir untuk bagian sakramen dari pengorbanan yang akan Ara lakukan. Hingga Ara telah sampai di ruang guru. Inikah cara terbaik membalaskan dendam?

"Selamat, Ara. Kau menyelesaikannya tepat waktu," Sahut Kareka kepada Ara.

"Apa yang kau pikirkan?! Kau tidak takut?! Ayo datanglah padaku!" Jawab Ara

Ara mendekati Kareka dan menebas Kareka. Kareka menghindar terus menerus.

"Jika aku mati sekarang, siapakah yang akan mengurus waliku disana?!" Kareka membalas lagi.

Keadaan menjadi semakin sulit. Kareka terdorong ke sudut ruangan. Tak ada yang dilihatnya selain Ara..

"Kematianlah yang akan mengurusnya!" Jawab Ara.

Tak ada waktu untuk mengacaukan sakramennya. Kareka menemukan sebuah pemadam api dekat sudut ruangan. Dia berlari menghindari tebasan Ara yang menggila. Hingga Kareka mengambil pemadam api, segera dipukulkannya kepada Ara.

"Aaaah!!"

Ara terjatuh, tetapi Kareka menginjak segel yang dibuat Ara, membuat kakinya berdarah dan terjatuh. Tak berdaya, Ara yang telah susah payah mencari mangsanya akhirnya dapat juga. Kareka terdiam kaku.

"Kau akan menyesal, Ara!!" Kareka dalam kepasrahannya.

"Apa ada kata terakhir yang ingin kamu sampaikan, Kareka?" Tanya Ara.

Entah kenapa, kali ini segelnya terus melukai Kareka secara perlahan, melahapnya. Sepertinya tidak ada jalan lain yang harus ditempuh oleh Ara untuk menghabisi Kareka.

"Euuuhh...  Aku..... kan... MELAHAPMU hahahahahaha!!!!" Jawab Kareka dalam sakitnya.

Melihat Kareka yang seperti itu, Ara segera menebas-nebas tubuh Kareka dengan girangnya. Ara kini seperti gila, tak waras, atau kata lainnya. Ara tertawa dengan girang.

"Hahahahaha. Datanglah oni! Datanglah! Aku telah memberikanmu semua yang kau mau! Datanglah!! Hahahaha," sembah Ara di depan segel terakhir.

Dalam segel keluarlah sesosok hitam berdiri tegap di hadapan Ara. Menyeringai,

"Terima kasih telah memanggilku. Tapi sayang, kau telah membunuh tubuhku yang asli. Jadi aku membutuhkan satu tubuh baru lagi. Jadi, kaulah penggantinya!!" Jawab sang sosok hitam tersebut.

"Apa??! Siapa kamu?! Pergi! Pergi!" Ara berteriak ketakutan.

"Kau tidak ingat?" Kata sosok hitam itu.

Seketika semua ruangan menghitam. Keesokan harinya diberitakan bahwa 25 siswa di SMA Halimun Mendung terbunuh secara misterius dengan segel di setiap mayatnya. Dan Ara, dicurigai sebagai tersangka menghilang saat kejadian. Apakah ia menghilang? Atau mati??

"Nasib ini telah berakhir. Mari kita mulai yang baru lagi."

LOG

30 siswa-siswi SMA Halimun Mendung kelas 11-B

-tewas terbunuh dengan misterius-

Mifune Ara

-Hilang saat kejadian pembunuhan-

Apakah habis dilahap??

Bu Cahya

-terluka dan masih dirawat di rumah sakit-

Terkena Amnesia akibat benturan keras.

----------------------------------------------------

Chaka? Kareka? Suba?


Posting Komentar

Terima kasih sudah berkomentar
Populer