tiqUNlKhA9rYA6EcjzIC9JgyYepNTgUokUaq6D7G
Terjemahan

Mempertahankan Apa yang Dipunya

Jika itu adalah satu-satunya yang dimiliki oleh diri, maka diri akan berusaha sekuat tenaga dalam mempertahankan itu. Diriku pernah mengalami itu, diriku pernah berusaha sekuat tenaga soal itu. Namun, pengalaman nya jadi berbeda saat ada orang lain yang melakukan hal serupa. Awalnya aku tidak mengerti kenapa seseorang bisa melakukan kekerasan ataupun mendorong seseorang untuk mengambil peran yang awalnya dirasa kurang sesuai bagi dirinya. Setelah aku mengenali apa yang terjadi, aku ambil waktu berhenti dan merenungkan apa yang terjadi.

Aku sudah melalui itu dan aku memutuskan untuk melepaskan kekakuan itu. Orang bisa mempertahankan pola kaku tersebut bahkan selama lebih dari sepuluh tahun. Aku pernah bergumul tentang melakukan hal yang serupa, memaksa keturunan ku untuk meneruskan apa yang sudah aku bangun. Pola kakunya adalah jika yang menjadi perhatian hanya pada satu kelompok saja. Secara tidak sadar, diri memasang penyelamatan diri hanya pada sekelompok orang tertentu. Kehilangan diri untuk keselamatan sekelompok orang. Secara kasar, orang bilang itu cinta dan pengorbanan. Di sisi lain, aku mempertanyakan dimana kah keamanan dan kenyamanan bersama dalam lingkungan berkelompok?

Ketika tekanan yang diberikan sudah melampaui apa yang sewajarnya, di situ lah aku akhirnya memutuskan untuk berhenti dan menjaga diriku sendiri. Aku memperhatikan tentang apa yang telah terjadi dan mengenali bagaimana keyakinan yang kaku itu muncul bahkan sampai mendorong aku untuk melakukan “cinta dan pengorbanan”. Keyakinan itu menutup pemikiran kita tentang apa yang mungkin. Cakrawala tertutup hanya kepada sekelompok orang saja. Sambil menghela nafas panjang, aku mengenali bahwa itu adalah trauma.

Itu seperti mempertahankan, diri dibuat percaya bahwa hanya orang-orang tertentu lah yang harus diselamatkan terlebih dahulu. Ternyata fenomena ini hadir dalam keseharian banyak orang. Bagaimana membangun kepercayaan dengan orang... Bagaimana rasanya sulit mempercayai orang... Diri sudah melakukan empati. Keprihatinan ini ada dan ini adalah sebuah penderitaan yang bukan milik saya.

Bagaimana cara saya untuk bisa lebih terbuka dengan kekuatan perubahan? Melepaskan emosi dan trauma orang lain yang sudah terserap dan merekam wawasan baru nya. Kadang-kadang hidup terasa sulit ketika diri menahan beban yang tidak seharusnya. Itu adalah pergumulan yang perlu dilepaskan. Cara mawas diri seperti ini yang menjadi pijakan. Memperlakukan diri dan orang lain dengan welas asih, menerima pergumulan dan trauma yang ada di sekitar, ambil langkah sadar dan terinformasi dari diri untuk diri, lingkungan dan masyarakat. Sepertinya, nilai-nilai dan praktik membangun budaya damai mulai terwujud dari dalam diri saya.

“You got something I need. Yeah in this world full of people, there's one killing me. And if we only die once, I wanna die with you.” ~ OneRepublic – Something I Need

Mengenali Keterikatan

Saya menemukan bahasan dari Brenner (2010) tentang keterikatan. Ketika kita terikat pada sesuatu  atau seseorang, kita menginginkan atau membutuhkan atau merindukan keadaan tertentu. Keterikatan memiliki efek samping berupa resistensi. Jika kita terikat pada keadaan yang dengan cara tertentu, dan itu tidak sesuai dengan keinginan kita, kita menolak apa yang terjadi. Kebenarannya adalah apa pun yang kita inginkan, peristiwa kehidupan terjadi, terkadang sesuai dengan keinginan kita, dan terkadang tidak.

Bagi saya, benar juga bahwa penyangkalan membawa penderitaan; penerimaan dan keterbukaan membawa kemudahan. Ternyata saya memperhatikan peristiwa keterikatan yang bersumber dari trauma. Seseorang yang ku perhatikan terfiksasi pada suatu kondisi dan mengundang orang ke dalam pola tersebut.

“Hal yang paling penting untuk dipahami adalah bahwa keterikatan tidak terjadi dalam semalam. Itu mulai terjadi setelah menghabiskan banyak waktu dengan seseorang (bisa jadi anggota keluarga, rekan kerja, teman, atau kekasih). Kita tidak benar-benar terikat pada orang tersebut, tetapi pada pengalaman yang kita miliki dengan mereka. Kita terikat pada berbagai emosi yang digerakkan oleh orang tertentu ini dalam diri kita—baik atau buruk... pikiran kita mengidentifikasi emosi sebagai sesuatu yang menyenangkan atau menyenangkan, dan kita lebih sering mendambakannya.” (Youssef, 2017)

Lebih lanjut mengenai cara melepaskan keterikatan, Youssef (2017) menjelaskan bahwa “untuk melepaskan keterikatan pada orang lain, umat Buddha menyarankan kita untuk mulai melihat ke dalam, sehingga kita dapat mengasihi diri kita sendiri. Faktanya adalah, kita selalu mencari dalam diri orang lain apa yang hilang dalam diri kita. Itu tidak berarti, misalnya, bahwa jika kita mulai mencintai diri kita sendiri, kita berhenti ingin orang lain mencintai kita.”

Saya sudah melalui banyak proses yang melibatkan melepaskan keterikatan. Bagi orang lain, mungkin langkah itu adalah hal yang menyakitkan. Diri mengenali pula bahwa akhirnya itu menjadi keputusan pribadi untuk mengambil langkah. Yang utama saat menyadari ada pola itu di sekitar adalah merawat dan jaga diri. Batasan penting sebagai pertolongan pertama.

Referensi

Brenner, G. (2010, May). Attachment and The Art of Letting Go - Dr. Gail Brenner. https://gailbrenner.com/2010/05/attachment-and-the-art-of-letting-go/

Youssef, E. (2017, June 7). Letting Go of Attachment to People—the Buddhist Way. | elephant journal. https://www.elephantjournal.com/2017/06/letting-go-of-attachment-to-people-the-buddhist-way/

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkomentar
Populer