Mulai akhir Agustus, Saya mulai mempersiapkan kerangka konsep dan praktik penciptaan pertunjukan tari lintas iman. Saya merasa antusias karena mendapatkan kesempatan untuk berkesenian kembali.
Saya pertama kali mengenal praktik tubuh pada
tahun 2015. Pada waktu itu, saya menjadi sukarelawan untuk kegiatan “Kain Perca
KPK”. Sukarelawan dibimbing oleh bang Iqbal (Dien Fakhri Iqbal Marpaung,
Psikolog) dalam latihan body movement. Praktik itu merupakan hal baru
bagi saya karena ternyata bergerak dapat digunakan untuk penyembuhan. Saya
mengikuti latihan dengan saksama. Sejak keesokan harinya setelah latihan
pertama hingga satu pekan berikutnya, saya mengalami letusan emosi yang intens.
Setiap hari saya mengalami kilas balik trauma dan menangis.
Saya tidak paham tentang apa yang saya alami
pada waktu itu. Saya bertanya kepada Bang Iqbal dan Mbak Mata yang bersama-sama
memandu sukarelawan. Mereka berkata bahwa kilas balik yang muncul sebaiknya
ditonton sampai habis, saya pun dibolehkan untuk berlatih secara mandiri. Sejak
itu, saya biasa meluangkan waktu sendiri untuk mendengarkan ke dalam dan
bergerak mengikuti arahan dari dalam. Praktik ini juga yang mendukung saya
dalam penyembuhan saya serta penciptaan karya pertunjukan berikutnya.
Kemudian lanjut di tahun 2020, saya
mendapatkan dukungan dan beasiswa untuk belajar praktik penubuhan dan somatik.
Saya sudah mengikuti banyak kelas, seminar, lokakarya, dan pertemuan ilmiah.
Saya bersyukur bahwa apa yang saya kembangkan selama 2015 – 2019 ternyata
bertemu dengan praktik dan penelitian ilmiahnya. Ini meyakinkan saya untuk
terus berkarya dengan menggunakan metode penubuhan dan somatik.
Saya bertemu dengan seorang bernama Alexia
Buono, beliau mengajukan sebuah metode yang bernama body concept. Dari
dasar praktik beliau, saya mengembangkan praktik yang saya sebut sebagai Embodied
Justice. Saya pentaskan di Bandung di akhir tahun 2020. Saya mencoba
melanjutkan dan mengembangkan metode tersebut pada 2021, tetapi seseorang
mengambil nama metode saya dan mengubahnya tanpa izin. Saya trauma karena
peristiwa itu.
Setelah delapan bulan berlalu, Agustus 2022,
saya memutuskan untuk memulai karya pertunjukan tari lintas iman yang diilhami
dari sebuah dokumen berjudul “A Common Word”. Dokumen yang terjemahannya adalah
“Kata Bersama” adalah surat pernyataan 138 wakil tokoh intelektual, mufti, dan
ulama Islam seluruh dunia tentang hubungan Islam dan Kristen


Posting Komentar